April 29, 2008

About Hydrogen



BMW dan TOTAL Bangun Stasiun Pengisian Hidrogen




Baru-baru ini BMW melakukan pemasangan tangki hidrogen di kota Munich, Jerman. Pemasangan ta
ngki ini menandai dimulainya konstruksi stasiun umum pengisian hidrogen pertama di kawasan metropolitan Munich. Stasiun itu terletak di Detmoldstrabe, tidak jauh dari Pusat Penelitian dan Inovasi BMW Group. Instalasi tangki penyimpanan bawah tanah untuk hidrogen cair di stasiun pengisian TOTAL merupakan yang pertama di Jerman, ini berarti stasiun pengisian hidrogen tersebut tidak kelihatan berbeda dari stasiun pengisian bahan bakar konvensional.

"Ini menandakan kemajuan yang signifikan dari integrasi hidrogen sebagai bahan bakar masa depan menuju infrastruktur pengisian bahan bakar sehari-hari," jelas Daniel Le Breton, Direktur Transpor dan Energi TOTAL Group. Selain bahan hidrogen, stasiun pengisian bahan bakar terbaru tersebut juga akan menyediakan bahan bakar bensin dan diesel serta dij
adwalkan untuk dibuka pada akhir tahun ini.

Professor Dr. Burkhard Göschel, anggota Dewan Pengembangan dan Pembelian BMW (Development and Purchasing), berkomentar: "Bersamaan dengan pengembangan infrastruktur hidrogen, BMW Group secara sistematis mengarahkan pengembangan teknologi untuk kendaraan berbahan bakar hidrogen. BMW Seri 7 dengan mesin berbahan bakar hidrogen saat ini sedang dikembangkan untuk memasuki tahap produksi."

Stasiun pengisian bahan bakar terbaru tersebut dapat terwujud karena kerjasama yang erat antara BMW Group dan TOTAL dalam mempromosikan hidrogen sebagai sumber energi alternatif untuk kendaraan. Sebagai hasil dari penandatanganan kesepakatan antara kedua perusahaan ini pada bulan Mei 2006, TOTAL akan membangun dan mengoperasikan tiga buah stasiun pengisian hidrogen di Eropa pada akhir tahun 2007. (ry - www.otogenik.com)



Rahasia Teknologi Honda FCX Clarity


Upaya Honda tersebut dimulai dari mesin mungil CVCC yang melambungkan Civic dan Accord di era 70-an, lalu teknologi katup yang membuat Honda NSX menjadi supercar (80-an) yang dihormati, Insigh hybrid di akhir 90-an dan Kamis (14/11) Honda FCX Clarity berteknologi fuel cell diperkenalkan di Los Angeles Auto Show 2007.

Honda FCX Clarity merupakan versi produksi dari Honda FCX Concept dan akan dipasarkan mulai musim panas 2008. Lebih kuat dengan daya jelajah lebih jauh dibandingk
an versi konsepnya. Honda juga membuatnya lebih ringan dan efisiensi lebih baik.

Honda merencanakan meluncurkan model ini secara ekslusif di Southern California yang memiliki infrastruktur pengisian bahan bakar hidro
gen paling banyak. Fasilitas pengisian bahan bakar hidrogen direncanakan dibanyak tempat di USA dan Eropa.

FCX Clarity memproduksi daya maksimal 134 horsepower dan torsi 189 ft-lb. Honda tidak menjualnya tapi menyewakan, $600 perbulan. Harga itu termasuk perawatan dan asuransi tabrakan.


Rahasianya mengayam pembuluh

Mobil berteknologi fuel cell menggunakan bahan bakar hidrogen. Lewat reaksi kimia dengan oksigen di fuel stack dihasilkan energi listrik dan
air. Listrik dikirim ke battery untuk mengerakkan motor listrik, air dikeluarkan. Tambahan energi listrik dihimpun lewat konversi energi kinetik dari pengereman atau perlambatan mobil.

Hond
a mengembangkan teknologi V Flow stack yang mampu menghasilkan output hingga 100kW dengan ukuran lebih kecil dan lebih ringan dibandingkan fuel cell stack Honda sebelumnya. Kuncinya adalah struktur cell yang baru. Struktur baru itu mengalirkan hidrogen dan udara secara vertikal dan gaya gravitasi digunakan untuk membantu mengeluarkan (drainage) air lebih cepat dari lapisan pembangkit listrik. Hasilnya adalah proses pembangkitan energi listrik lebih stabil. Selain itu, mobil juga bisa dihidupkan hingga suhu -30 celcius (salah satu kelemahan mesin fuel cell sebelumnya adalah sulit dihidupkan di udara dingin). Struktur baru ini juga memungkinkan dalamnya cerukan tempat air mengalir dikurangi 17% yang memberi kontribusi besar untuk menghasilkan cell lebih tipis dan lebih kompak.

Pembuluh tempat mengalirnya hidrogen dan udara saling menyisipi seperti teranyam dengan pembuluh yang mengalirkan cairan pendingin. Teranyam seperti itu menurut Honda menghasilkan panjang aliran lebih besar daripada susunan pembuluh yang lurus. Selain itu menghasilkan gerakan turbulen dalam pembuluh yang memperbaiki distribusi hidrogen dan udara. Hasilnya, udara dan hidrogen tersebar lebih merata ke seluruh lapisan elektrode, sehingga lapisan pembangkit listrik bekerja lebih efisien. Data Honda, proses pembangkitan energi listrik lebih tinggi 10% dibandingkan bila menggunakan pembuluh lurus.

Pembuluh coolant yang bergerak horizontal menghasilkan pendinginan lebih baik di seluruh lapisan pembangkit energi listrik. Ini menghemat jumlah lapisan pendingin hingga separuh dibandingkan fuel stack sebelumnya. Jika fuel stack sebelumnya memiliki satu lapisan pendingin ditiap cell, pada fuel stack baru ini cukup satu pendingin untuk tiap dua cell. Ini menyumbangkan 20% dalam memangkas panjang stack dan 30% dalam mengurangi bobotnya. Inilah terobosan besar dalam disain fuel stack yang kompak dan ringan.


Jauh lebih menarik

Dibanding
kan pendahulunya, FCX Clarity memiliki banyak kemajuan. Yaitu fuel economy meningkat 20%. Bila dibandingkan mobil setara dengan mesin bensin konvensional, bisa 2 - 3 kali lebih irit dan 1.5 kali lebih irit dibandingkan hybrid. Daya jelajahnya meningkat 30% jadi 430 km. Rasio power-to-weight meningkat 120% karena pengurangan bobot sistem penggerak fuel cell (fuel cell powertrain) hingga 180kg, padahal dimensi mobil lebih besar. Ukuran fuel cell powertrain susut 45%. Battery lithium ion baru 40% lebih ringan, 50% lebih kecil dibandingkan FCX Concept. Tangki hidrogen dengan kapasitas 5000psi memuat 10% lebih banyak hidrogen.

Bagi Honda, FCX Clarity lebih dari sekedar kendaraan fuel cell. Mobil ini menunjukkan visi Honda terhadap disain mobil masa depan, lepas dari kungkungan akibat teknologi mesin konvensional. Hadir dengan sosok sedan empat pintu, moncong pendek, kabin luas nyaman untuk empat orang plus bawaannya. Komponen sistem penggerak, motor listrik, fuel cell stack, battery dan tangki hidrogen dibuat lebih ringkas dan disebar di sekujur mobil untuk mengoptimalkan ruang, kenyamanan dan peforma keseluruhan mobil.

Selaras dengan konsep ramah lingkungan, Honda menggunakan jok kursi dan door lining dari Honda Bio-Fabric yang dibuat dari tumbuhan. Lapisan ini kuat, tidak mudah aus, tidak gampang kusam dan proses pembuatannya hemat emisi CO2. Kelangkapan lain termasuk sistem navigasi terbaik dengan petunjuk lokasi pengisian hidrogen, rear view camera, Adaptive Cruise Control (ACC), Collision Mitigation Brake System (CMBS), sound system berkualitas tinggi dan koneksi Bluetooth.

Meskipun FCX Clarity -dan mobil fuel cell lainnya- hanya mengemisikan air tapi proses produksi hidrogen, bahan bakar mobil fuel cell justru dituding boros emisi CO2. Menurut Honda, emisi CO2 untuk memproduksi hidrogen sangat bervariasi tergantung sumber yang dipakai. Bila dihitung well to wheel (seluruh emisi CO2 yang dihasilkan dari sejak proses produksi bahan bakar hingga di emisikan lewat knalpot mobil), produksi hidrogen dengan bahan baku gas alam, mengemisikan CO2 kurang dari separuh dibandingkan mobil bensin biasa. Metode ini yang paling banyak dipakai saat ini. Emisi CO2 semakin berkurang bila energi listrik dihasilkan lewat sumber-sumber terbaharukan seperti matahari, angin, air dan gelombang.

(KCM | Global - Oleh Redaksi Web - Tuesday 20 November 2007 - 09:45:49)



Mobil Hidrogen, Alternatif Untuk Masa Depan


Isu lingkungan membuat pabrikan mobil melirik kendaraan ramah lingkungan.
Mobil hijau ini ditandai dengan hasil buangannya yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Jika bosan menunggu mobil listrik, ada alternatif baru:
mobil sel bahan bakar (
fuel cell).


Berbobot hampir 2.600 kg, mobil kekar yang nongkrong di pinggir kota Detroit tempat pabrik mobil DaimlerChrysler itu terlihat bukan seperti "mobil masa depan". Lekuk-lekuknya masih mengingatkan mobil buatan akhir abad ke-20. Begitu memasuki kabin, nuansa kendaraan sport (SUV, sport utility vehicle) pun langsung terasa. Akan tetapi, bukalah kap mesinnya. Hoopla…!

Jeroan kendaraan yang dinamai Commander II ini ternyata tidak seperti kendaraan SUV umumnya. Di tempat mesin pembakar terdapat pengilang terpadu – sistem prosesor bahan bakar dari gas bertekanan tinggi, kompresor, dan reaktor kimia yang mengubah metanol menjadi gas hidrogen. Gas hidrogen ini menjadi menu utama bagi dua tumpukan sel bahan bakar (fuel cell). Sel ini menggabungkan hidrogen dan oksigen di dalam reaksi kimia sehingga dihasilkan listrik yang bisa menjalankan SUV tadi ke jalan raya.

Pengoperasian mobil ini bersih dan efisien. Hanya menghasilkan air, karbondioksida, dan panas. Tak ada polutan udara dan jelaga seperti kendaraan konvensional. Pembuatnya, DaimlerChrysler dan rekannya – pengembang fuel cell dari Kanada, Ballard Power System, serta saingan Daimler, Ford Motor Co. – percaya bahwa kendaran ini memiliki kekuatan dan kinerja yang setara dengan kendaraan yang digunakan saat ini.


Keajaiban membran

Dibanding mobil listrik maupun hibrida, mobil fuel cell ini lebih menarik untuk dikembangkan. Ia bebas listrik yang berasal dari tenaga baterai sehingga membuatnya menjadi mobil terbersih di jalanan saat ini. Memang, mobil bertenaga baterai begitu responsif, hampir tak bersuara karena tak ada bunyi dari piston. Akan tetapi jangkauannya masih terbatas.

Untuk memperluas jangkauan itu, salah satu cara adalah dengan membawa bahan bakar yang bisa menghasilkan listrik onboard. Pendekatan inilah yang dilakukan oleh mobil hibrida listrik–bensin seperti Toyota Prius. Prius memakai mesin pembakaran yang kecil dan efisien, ditambah setumpukan baterai yang mendukung mesin selama akselerasi dan menyerap daya dari roda ketika mengerem. Masalahnya, teknologi ini rumit dan mahal karena menggabungkan teknologi pendorong listrik dan mekanis.

Nah, menyusul pengembangan mobil hibrida listrik-bensin, yang ternyata cukup rumit dan mahal karena menggabungkan teknologi pendorong listrik dan mekanis, terpikirlah tentang fuel cell. Tidak seperti baterai yang menyimpan muatan, fuel cell menghasilkan listrik saat mobil berjalan. Cukup menggotong bahan bakar, dan fuel cell akan mengantar mobil Anda ke mana pun pergi.

Ada banyak bahan bakar dan material yang dapat dipakai dalam sistem ini. Namun yang menjadi pilihan favorit adalah proton exchange membrane (PEM). Sel PEM ini padat dan kompak serta bisa dioperasikan pada temperatur yang relatif "dingin", 80o C. Jantung dari sel PEM ini adalah membran plastik elastis yang dilapisi katalis platinum. Katalis ini memisahkan gas hidrogen menjadi proton dan elektron; hanya proton yang bisa melewati membran. Elektron "berkeliaran" di sekitar membran, menghasilkan arus listrik yang berguna sebelum bergabung kembali dengan proton dan oksigen di sisi lain membran untuk membentuk air. Penumpukan serangkaian pasangan membran-katalis seperti ini, atau disebut "sel", bisa melipatgandakan tegangan.

Sistem ini telah berhasil membawa Gemini memutari Bumi tahun 1960-an. Hanya saja, untuk aplikasi komersial seperti mobil, misalnya, sistem ini masih terlalu mahal dan terlalu besar. Pengembangan pun dilakukan. Misalnya di akhir tahun 1980-an para peneliti di Los Alamos National Laboratory berhasil mengurangi pemakaian platinum sampai 90%. Ballard juga sukses meningkatkan densitas daya dengan menjaga membran basah tapi tidak kuyup dan menyempurnakan pemipaan yang mengalirkan hidrogen, oksigen, dan air di dalam rangkaian sel tadi.

Dua tahun lalu Ballard telah melewati batas minimum densitas daya bagi keperluan automobil – 1.000 watt per liter – melalui rangkaian sel Mark 700, dua di antaranya dipakai untuk menggerakkan Commander II. Rangkaian sel Marks 900 diluncurkan awal tahun ini, menghasilkan 1.350 watt per liter. "Kerapatan daya sebesar itulah yang praktis bagi kendaraan saat ini," kata Paul Lancaster, direktur keuangan Ballard.


Metanol masih berbahaya

Tantangan utama Ballard adalah membuat rangkaian sel lebih murah. Salah satu cara, selain berkongsi dengan Ford dan DaimlerChrysler untuk mengoptimalkan rancangan rangkaian sel tadi, Ballard juga mengomersialisasikan fuel cell dengan mengaplikasikan pada beberapa alat; tidak hanya untuk kendaraan, tapi juga generator portabel, generator rumahan, dan pembangkit listrik tetap.

Sementara itu, DaimlerChrysler and Ford memusatkan pada pembuatan bagian lain dari mobil. Kendala terberat mereka adalah menjaga suplai hidrogen ke rangkaian. "Persoalan fuel cell adalah persoalan bahan bakar. Sudah bukan persoalan fuel cell lagi," kata Mohsen Shabana, manajer program kendaraan fuel cell di bagian rekayasa teknik DaimlerChrysler di Rochester Hills, Michigan.

Ada tiga macam bahan bakar yang dipertimbangkan: bensin, metanol, dan hidrogen. Jika dipakai bensin, soal ketersediaan tidak masalah. Bensin ada di mana-mana. Akan tetapi sulit menyuling hidrogen dari bensin di atas kendaraan. Proses itu biasa dilakukan oleh pabrik kimia maupun penyulingan minyak. Memindahkan ke bawah kap bukan perkara mudah. Belum adanya sulfur yang bisa mengancam fuel cell.

DaimlerChrysler pun mencoba mengembangkan sistem metanol. Beberapa fuel cell langsung berjalan menggunakan metanol dibandingkan dengan hidrogen. Metanol menjadi target yang lebih gampang dibandingkan dengan bensin sebab bebas sulfur dan hidrogen yang dihasilkan secara relatif berada di pertengahan 300o C. Akan tetapi menyuling metanol masih menjadi proses rumit yang membutuhkan banyak tahapan, masing-masing harus diberi tempat sendiri dan pada temperatur khusus.

Selain itu, untuk memanaskan prosesor yang besar memerlukan waktu lama karena menggunakan uap. Persoalan ini diatasi dengan menerapkan katalis sebagai pengganti uap. Sayangnya, "Sistem ini begitu rumit, dan perlu banyak komputer untuk saling berbicara," kata Bruce Kopf, direktur TH!NK Technologies, perusahaan mobil listrik milik Ford. "Tidak banyak orang yang bisa membuat sistem ini jalan."

Hal lain yang menjadi kendala bagi metanol adalah sifat kimianya. Metanol merupakan bahan yang berbahaya – bisa berakibat fatal jika masuk perut. Sifatnya yang larut dalam air membuat metanol menjadi ancaman bagi reservoar air bawah tanah. Ketika bau kimia tercium di air minum di kawasan Kalifornia, buru-buru perusahaan minyak mengeluarkan aditif bahan bakar berbasis metanol methyl tertiary butyl ether (MTBE) dari bensin hasil olahan mereka.


Pipa saluran masa depan

Solusi paling jelas, tentu saja, menggunakan hidrogen langsung sebagai bahan bakar. Apalagi jika dilihat dari kemampuannya menghasilkan energi per berat yang lebih besar dibandingkan dengan bahan bakar lain. Jika dibandingkan dengan bensin misalnya, energi per berat yang dihasilkan hidrogen tiga kali lipat. Hanya saja, masih sulit untuk memasukkan gas energetik ini ke dalam tanki bahan bakar. Selain itu, hidrogen termasuk gas yang mudah terbakar. Ingat kasus Hindenburg?

Toh masih ada celah. DaimlerChrysler, misalnya, menggunakan tanki hidrogen cair. Sayangnya, teknologi cyrogenic untuk menyimpan bahan bakar pada temperatur –253o C (hanya 20 derajat di atas nol absolut) masih menjadi mainan peneliti. Lagi pula, beruntunglah Anda menemukan stasiun pengisi hidrogen; hanya ada setengah lusin di seluruh dunia!

Itulah yang menjadi tantangan Graham Batcheler, presiden Texaco Energy System di Houston. Ia percaya fuel cell akan menggantikan mesin pembakaran internal (internal combustion engine). Maka perusahaannya tak ragu lagi untuk berinvestasi dalam teknologi yang bisa memudahkan hidrogen ditangkikan.

Salah satu kemungkinan adalah dengan pemampatan. Dengan tangki yang lebih kuat hidrogen dimampatkan sampai tekanan yang lebih besar. Bisa juga dengan mendesain ulang kerangka kendaraan yang dapat menampung tangki lebih besar tanpa kehilangan kinerjanya. Pilihan lain adalah dengan mengepak material yang mengikat hidrogen ke dalam tangki. Serat grafit dengan struktur nano yang ruwet, sebagai contoh, telah menunjukkan kemampuannya menyerap lebih dari 20% hidrogen per berat.

Ballard, DaimlerChrysler, dan Ford akan menguji coba teknologi mereka tahun depan di Kalifornia. Ford dan DaimlerChrysler bahkan berjanji akan melempar ke pasar mobil fuel cell tahun 2004. Walaupun mereka tahu akan kehilangan uang untuk proyek itu. Tapi Kopf menyatakan, selalu ada kemungkinan bahwa teknologi akan segera melunasi (investasi yang telah ditanamkan) lebih cepat dari yang diharapkan. Ketidakstabilan di Timur Tengah, misalnya, bisa memompa harga bensin sampai AS $ 5 per galon.

Proyek ini memang jangka panjang. Fuel cell menjanjikan mobil yang berkelanjutan (sustainable), memangkas polusi, dan membebaskannya dari politik minyak. Daya tarik yang besar adalah, "Janji emisi gas buang yang nol, secara potensi tidak mengeluarkan gas emisi rumah kaca dan tidak menimbulkan ketergantungan energi," kata Kopf. "Itu merupakan mantra suci industri otomotif."

Juergen Schrempp, direktur DaimlerChrysler, sendiri secara pribadi membela kredit bagi program fuel cell senilai AS $ 1 miliar sebagai "pipa saluran masa depan." World Engineers Convention pun menelurkan sikap, "Kita semua berbagi tanggung jawab untuk menyelesaikan proyek ini, karena menerima tanggung jawab adalah bagian dari martabat umat manusia."

(TR/Yds - www.indomedia.com/intisari)


Hidrogen Bantu Pencegahan Krisis Energi



(Erabaru.or.id) − Hidrogen adalah suatu elemen yang paling sering dijumpai di alam semesta, dapat digunakan sebagai bahan bakar dari sebuah mesin pembakaran atau digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, dan merupakan bentuk emisi yang sangat bersih dibanding bensin. Industri otomotif sepertinya telah menetapkan hidrogen sebagai solusi senjata ajaib terhadap kekhawatiran akan krisis energi.

Apakah hidrogen jawabannya? Honda adalah salah satu perusahaan otomotif yang memikirkan gagasan ini – sebagaimana dinyatakan dalam konsep FCX-nya yang diluncurkan baru-baru ini, bahwa “Hidrogen akan menjadi bahan bakar generasi berikutnya dari kendaraan global. Kenya-taannya diterima oleh segenap industri. Di samping itu hidrogen merupakan elemen yang paling umum ditemui di alam semesta, pasokan bukanlah sebuah masalah.”

Tetapi bagaimana dengan kendaraan listrik generasi baru yang akan datang? Karena dengan kendaraan bertenaga hidrogen, yang masih terlalu dini, kendaraan dengan tenaga listrik nampaknya memiliki alasan tersendiri yang kuat. Jadi, apabila memperhatikan dengan seksama perbandingan tenaga baterai dengan bahan bakar hidrogen internal, mari kita lihat kebutuhan sumber bahan bakar transportasi yang harus tersedia terus, lihat bagaimana perban-dingan antara hidrogen dan baterai:


1. Ketersediaan yang berlimpah
Tidak akan terlalu lama sebelum ada milyaran kendaraan berpenumpang di bumi, maka bagaimanapun juga pemikiran ke depan pada sistem bahan bakar harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat besar. Hidrogen tersedia sangat banyak – karena ia elemen alam semesta yang paling umum – dan secara pasti kita tidak kekurangan elektron. Cadangan hidrogen dan bahan baku baterai sangat banyak dan beragam, dan lithium, teknologi baterai yang menonjol saat ini, sangat berlimpah. Dua teknologi ini (penggunaannya) secara relatif imbang dan mantap.

2. Efisiensi
Hidrogen dan baterai keduanya dapat dilihat sebagai alat penyimpanan dan pemindahan energi untuk pemakaian di waktu kemudian. Oleh karena itu, rasio perbandingan energi yang anda dapat dan yang anda simpan adalah sebuah pertimbangan yang penting.

Elektrolisa air adalah cara yang paling mudah untuk memperoleh hidrogen – tetapi daya listrik yang digunakan hanya sekitar 70% dalam proses untuk memperoleh hidrogen. Kemudian hidrogen perlu dimampatkan atau didinginkan agar menjadi hidrogen cair sehingga dapat disimpan dalam tangki bahan bakar mobil dalam volume yang cukup banyak – pemampatan gas memang lebih efisien dari dua proses tersebut, tetapi energi yang tersimpan juga membutuhkan biaya 10% lebih besar. Efi-siensi unit penyimpanan daya listrik dalam aki itu sendiri perkiraan realis-tisnya sekitar 36% di bawah beban normal – mengakibatkan kerugian secara keseluruhan pada efisiensi daya pada roda kurang dari 25%. Itu berarti daya yang digunakan untuk menghasilkan hidrogen kurang dari seperempat dari daya sebenarnya yang diperlukan untuk menggerakkan mobil.

Baterai unggul dalam hal kebersihan untuk melawan efisensi sistem perputaran roda. Pengisian ulang baterai ion-lithium konvensional mempunyai efisiensi sekitar 93%, sama dengan efisiensi saat digunakan. Efi-siensi keseluruhan unggul 85% lebih. Untuk energi pemakaian yang sama, daya tahan baterai adalah tiga kali lebih besar dibanding bahan bakar kimia (hidrogen cair).

3. Keamanan
Tempat penyimpanan bertekanan tinggi, sifat mudah terbakar, keracun-an dan potensi ledakan adalah ancaman bagi keselamatan. Bahan bakar yang bersumber dari bahan kimia yang dimampatkan dengan tekanan hingga 35MPa maupun hidrogen cair yang perlu disimpan di bawah temperatur -253 derajat Celsius, jelas memiliki kemungkinan salah penanganan andaikata terjadi ke-celakaan. Tetapi di sini baterai juga mempunyai kekurangannya sendiri, memunculkan resiko bahaya listrik, racun kimia, kebakaran dan asap. Hukum belum menyentuh persoalan ini semua.

4. Ekonomis
Kedua bahan bakar ini di masa sekarang masih sangat mahal, wa-laupun diramalkan akan menjadi lebih murah dikarenakan volume produksi akan meningkat di masa mendatang. Perhatian lebih tinggi diarahkan pada faktor ekonomi yang berkaitan dengan pembangunan jaringan distribusi. Sekarang sistem jaringan listrik telah dibangun deng-an baik di sebagian besar negara, dan dengan sedikit modifikasi dan pe-nguatan dapat meningkatkan penanganan dalam memenuhi kebutuhan energi apabila bensin sudah tidak dipakai sebagai bahan bakar transportasi penumpang.

Hidrogen lebih meragukan. Agar dapat menyesuaikan dengan manfaat utamanya – yaitu untuk diisikan ke dalam mobil – jaringan distribusi hidrogen yang sama dengan yang digunakan untuk mendistribusikan minyak perlu dibangun. Atom hidrogen sedemikian kecil, dapat menjalar keluar melalui struktur molekuler kontainer dan pipa, itu berarti mahal dan bermasalah apabila dipindahkan dalam jumlah besar. Mengolah hidrogen di stasiun pengisian merupakan pemecahan masalah yang potensial, tetapi pada akhirnya, menggantikan fungsi minyak menjadi hidrogen akan memakan biaya miliaran dolar Amerika sendiri. Baterai listrik dalam konteks ini mempunyai keunggulan yang jelas. (dta/pravda.ru)



Era Mobil Hidrogen Semakin Nyata

Era hidrogen telah di depan pintu, kehadirannya akan makin nyata. Ini merupakan upaya umat manusia melepaskan diri dari ketergantungan kepada sumber energi fosil, sehingga mengarah kepada pencarian bahan bakar untuk masa depan, yang dapat tersedia sepenuhnya, artinya dapat diperbarui secara berkelanjutan di dalam suatu siklus yang konstan.

Proses ini harus memenuhi kriteria yang ekonomis, kualitatif dan kuantitatif. Kini, para periset dan ilmuwan di seluruh dunia telah menemukan sumber energi yang mampu mencapai kondisi ideal tersebut, yaitu: hidrogen.


Hidrogen jelas sekali berbeda dari sumber energi fosil karena adanya fakta sederhana tapi penting bahwa di dalam proses pemakaian dan regenerasinya, hidrogen ini bisa menempel pada suatu siklus yang bersifat regeneratif dan natural. Di mana saja hidrogen dapat diperoleh kembali melalui regenerasi sumber energi, seperti energi sinar matahari, angin, dan air.

Selain lebih ramah lingkungan, mobil hidrogen ternyata dua kali lebih irit dibanding yang berbahan bakar minyak. Baru-baru ini, Asosiasi Hidrogen Nasional Amerika Serikat memamerkan belasan mobil hidrogen hasil pengembangan produsen otomotif dunia di Washington.


Kendaraan berbahan bakar hidrogen yang diperkenalkan itu terdiri dari bus, sedan, bahkan mobil balap. Di antaranya produksi General Motor (GM) dan DaimlerChrysler. Dua pabrik otomotif raksasa ini berniat membuat mobil-mobil kecil dalam lima tahun ke depan.


Berlomba GM adalah industri otomotif yang paling berambisi mengembangkan kendaraan fuel cell. Tahun ini saja, GM berencana membuat 40 unit yang akan didistribusikan ke Washington, New York, California dan Michigan. Untuk mendukung program ini, GM telah mengalokasikanudana sebesar US$ 44 juta.

Honda, tak mau kalah, sudah ada 17 unit mobil hidrogen yang diserahkan kepada kliennya untuk uji coba. Rencananya Honda membuat 10 unit lagi. Steve Ellis dari Divisi Pengembangan Bahan Bakar Alternatif Honda mengatakan, mobil berbahan bakar hidrogen adalah prestasi besar dalam bidang teknologi otomotif, sekaligus langkah penting untuk menurunkan pemanasan global. Tahun 2015 diperkirakan teknologi ini bisa dinikmati masyarakat luas.


Di Eropa, grup pabrikan otomotif yang getol mengembangan hidrogen adalah BMW. Perusahaan telah membuat konsep BMW CleanEnergy sebagai strategi energinya. Tujuan jangka panjangnya adalah menghindari emisi dan memanfaatkan energi yang diperoleh kembali melalui proses regenerasi.


Di Eropa, , Association of the European Automobile Industry (ACEA) pada Juli 1998 mengeluarkan sebuah komitmen kepada Uni Eropa untuk mengurangi emisi CO2 dari semua mobil baru di Eropa hingga mencapai angka rata-rata 140g CO2/km menjelang tahun 2008.


Angka ini sama dengan reduksi atau pengurangan emisi CO2 sebesar 25 persen (bila dibandingkan angka 1995) dan target konsumsi rata-rata bahan bakar sebanyak hanya 6,0 liter/100 km. Juga sedang dipertimbangkan pengurangan lebih lanjut dari emisi CO2 sebesar 14 persen dari 2008-2012.


Namun demikian, terdapat fakta bahwa target ACEA untuk melampaui 140 g CO2/km tidak dapat dicapai dengan hanya pengembangan teknologi yang terkait dengan teknis kendaraan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar, tetapi juga menuntut pemakaian bahan bakar yang rendah kadar karbonnya atau sama sekali bebas karbon. Dan solusi jangka panjangnya dalam hal ini adalah hidrogen.


Ramah Lingkungan Tergantung pada tipe sistem penggerak yang digunakan, energi yang tersimpan di dalam hidrogen dapat diubah menjadi dua bentuk energi untuk mengemudikan mobil: entah melalui sebuah mesin pembakaran (combustion engine) konvensional yang bekerja untuk mengubah energi ini langsung menjadi daya dorong, atau melalui apa yang disebut sebagai pembakaran “dingin” di dalam sebuah sel bahan bakar (fuel cell) yang menghasilkan energi listrik.

Hidrogen, yang memiliki lambang kimiawi H, merupakan unsur paling umum dan juga paling ringan di alam semesta. Sebagai unsur yang membentuk air dan semua senyawa organik, hidrogen merupakan bagian dari siklus biologis, sehingga betul-betul kompatibel dengan lingkungan.


Hidrogen dapat disimpan dalam bentuk gas atau sebagai cairan kryogenik dan relatif mudah dipindahkan. Sebagai gas yang tidak beracun, tidak berwarna dan tidak berbau, hidrogen bersifat mudah terbakar dan mempunyai kira-kira seperempat nilai kalori bensin cair (dalam hal volume).


Bekerja sama dengan Magna Steyr dalam sebuah joint venture, BMW mengembangkan sebuah sistem tangki yang memungkinkan kendaraan-kendaraan diisi dengan hidrogen cair secara cepat, tanpa ada yang terbuang dan tanpa bahaya apa pun, serta dengan kenyamanan dan efisiensi yang sama dengan pengisian bensin atau solar.


Gas hidrogen di dalam tangki akan berkondensasi menjadi titik-titik air sebelum berubah ke fase cair; dengan demikian tekanan parsial dari gas ini akan berkurang dan akibatnya, sama sekali tidak ada hidrogen yang hilang selama proses pengisian tangki.


Proses pengisian tangki secara manual ini sekali lagi benar-benar sama dengan yang dilakukan pada stasiun pengisian bahan bakar konvensional. Bagaimanapun juga, sistem ini hanya berbeda dalam hal tekanan – dan temperatur yang rendah. Di sini digunakan proof connector untuk menggantikan ujung pompa biasa. Untuk mengisi tangki, pengemudi cukup memasang konektor tadi pada pipa pengisi tangki dan menguncinya pada posisinya untuk memberi jalan bagi hidrogen untuk “mengalir” masuk.


Proses pengisian tangki secara manual ini terus dipelajari dalam proyek demonstrasi berskala besar di Berlin, di mana tangki hidrogen yang pertama di Jerman yang terpadu di dalam sebuah stasiun pengisian bahan bakar untuk umum telah dibuka pada musim gugur 2004.


Dan untuk mengembangkan suatu konektor hidrogen cair yang standar yang cocok untuk dipakai pada mobil-mobil di seluruh dunia sesegera mungkin, BMW Group dan General Motors/Opel telah membuat sebuah konsorsium terbuka pada bulan April 2003 bersama dengan Linde and Walter.


BMW Group adalah pembuat mobil yang pertama di dunia yang mengawali rangkaian pengembangan mobil dengan bahan bakar hidrogen. Profesor Dr. Burkhard Göschel, Board Member BMW AG untuk Pengembangan dan Pembelian, “Kami akan mulai menjual mobil-mobil dengan bahan bakar hidrogen kepada customer untuk produksi BMW Seri 7 sekarang ini.”


BMW telah menguji banyak mesin dan kendaraan dengan hidrogen hidrogen cair ini sejak 1978. Pada tanggal 11 Mei 2000, BMW menjadi pembuat mobil yang pertama di dunia yang mempersembahkan pameran 15 mobil saloon dengan bahan bakar hidrogen, dalam hal ini BMW 750hL. “Kami percaya pada mesin pembakaran, karena kami yakin customer kami akan menuntut kinerja yang dinamis, tingkat kenyamanan yang tinggi, dan jangkauan jelajah yang juga jauh di masa depan,” ujar Profesor Göschel.


Untuk mempromosikan teknologi hidrogen di Jerman secara langsung, BMW Group telah menjalin bekerja sama dengan Aral, BVG, DaimlerChrysler, Ford, GHW, Linde, Opel, dan MAN pada bulan Juni 2002. Kerja sama ini bertujuan membentuk CleanEnergy Partnership atau disingkat CEP.


(SH/gatot irawan/berbagai sumber - Sinar Harapan 2003)



Hydrous Oxide System

They said it Can't be Done...