May 29, 2008

Kisah Energi Alternatif (4)


Skema Cara Hemat BBM dengan Air Ala Djoko Sutrisno




Jakarta - Penemuan Djoko Sutrisno, warga Kelurahan Pakuncen Jl HOS Cokroaminoto No 76 Yogyakarta, tentang teknologi untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) dengan air mendapat respons dari banyak pembaca. Temuan Djoko Sutrisno ini sudah diaplikasikan di Yogya.

Teknologi ala Djoko Sutrisno ini bisa digunakan untuk sepeda motor dan mobil. Silakan lihat skema teknologi yang ditemukan Djoko Sutrisno untuk mobil dan motor. Ada perbedan sedikit skema aplikasi untuk motor dan mobil.

Mengenai teknologi temuannya, Djoko menjelaskan, air yang akan menjadi sumber energi itu dicampur dengan zat kimia berupa Kalium Hidroksida (KOH). Gas hidrogen tersebut mampu menambah oktan di bensin atau solar, sehingga menjadi lebih hemat.

"Prinsipnya air murni atau aquades ditambah KOH yang bisa dibeli di toko-toko bahan kimia dengan harga murah itu, motor bisa jalan," kata Djoko saat ditemui detikcom, Senin (26/5/2008) lalu.

Air yang yang sudah dicampur bahan tersebut kemudian dihubungkan dengan elektroda agar unsur oksigen dan hidrogen dalam air tersebut terurai. Setelah itu unsur hidrogennya yang mudah terbakar dijebak dan diambil sebagai sumber tenaga.

"Sangat sederhana sekali, logis dan ilmiah sehingga semua orang bisa memanfaatkannya. Saya tak takut temuan saya ini ditiru orang lain. Tak perlu dipatenkan agar semua orang bisa memanfaatkannya," imbuh dia.

Dengan temuannya ini, menurut Djoko, penggunaan BBM yang digunakan untuk sepeda motor atau mobil bisa hemat secara signifikan.
( bgs / asy, www.detik.com )



Kisah Energi Alternatif (3)


Djoko Sempat Dianggap Gila




Yogyakarta - Penemuan-penemuan baru memang sering mendatangkan tuduhan-tuduhan yang tidak mengenakkan. Djoko Sutrisno, warga Yogyakarta yang menemukan alat penghemat BBM dengan pemanfaatan air, pernah dianggap gila oleh para tetangga.

Djoko mempraktekkan pertama kali teknologi temuannya pada mobil pribadinya, Suzuki Jimny. Namun bukannya orang lain terkagum-kagum, sebaliknya mereka malah mengejek dengan mengatakan, "Gila kamu, masak mobilmu dijalankan pakai air."

"Itu pada tahun 2005, ketika saya pakai mobil Jimny dan orang pada tahu mobil saya dijalankan pakai air, orang malah bilang gila kamu, Djok," kenang Djoko waktu itu sambil tertawa saat ditemui detikcom di rumahnya di Kelurahan Pakuncen, Jl. HOS Cokroaminoto No 76 Yogyakarta, Senin (26/5/2008).

Dia pun tetap cuek dan terus melakukan uji coba. Tidak hanya mobil saja yang dipakai untuk percobaan. Sepeda motor milik anaknya juga dipasang alat itu. Karena sudah terbukti memang membuat irit BBM, beberapa teman-temannya mulai tahun 2007 hingga kini meminta kendaraannya dipasang alat penghemat BBM itu.

"Lihat saja sekarang tidak hanya teman-teman saya, tapi lewat mulut ke mulut, mereka datang ke sini. Saya pun juga tak pelit untuk berbagi pengalaman," kata Djoko yang sudah lupa berapa ratus motor yang telah dipasangi alat itu.

Menurut dia, untuk membuat alat yang bisa menampung air yang menghasilkan gas tidaklah terlalu besar. Cukup menggunakan botol plastik untuk kecap atau saus yang biasa ditaruh di meja makan. Botol bekas pun bisa dipakai asalkan tidak mudah bocor dan fleksibel bila akan ditempatkan di salah satu bagian bodi motor. Alat yang lain berupa selang kecil, kabel dan lampu kecil untuk indikator bila larutan kimia di dalam botol itu mulai berkurang. Selang akan digunakan untuk menyambung menuju tempat karburasi motor.

"Kalau bahan kimia KOH sudah berkurang bisa ditambahkan secukupnya sendiri, tak perlu datang ke tempat kami. Rata-rata baru ditambah kalau sudah mencapai lebih kurang 2.000 km," kata dia.

Ketika ditanya mengapa tidak dipatenkan saja temuannya itu, Djoko mengatakan tidak perlu. Dia tidak risau bila ada orang yang meniru atau memanfaatkan teknologi temuannya. "Semua orang kan berhak. Ilmu itu yang penting bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Saya tidak berpikir masalah paten," kata Djoko.

( bgs / asy, www.detik.com )



Kisah Energi Alternatif (2)


Djoko Sutrisno Temukan Ide dari Percikan Air Aki




Yogyakarta - Sejak muda Djoko Sutrisno memang gemar mengutak-atik barang elektronik maupun mesin. Alat untuk menghemat bahan bakar ditemukan Djoko secara tidak sengaja. Ide awalnya dari percikan air aki yang menimbulkan ledakan.

"Sekitar tahun 2005, ketika melihat isi aki dengan korek api, ternyata terjadi ledakan," kata Djoko saat bercerita mengenai teknologi temuannya itu kepada detikcom di rumahnya di Kelurahan Pakuncen, Jl. HOS Cokroaminoto No 76 Yogyakarta, Senin (26/5/2008).

"Mengapa ada ledakan? Padahal air yang diisikan ke dalam aki itu adalah air murni biasa?" tanya Djoko. Pasti ada gas di dalam air aki itu. Kalau gas seperti gas helium balon udara jelas tidak mungkin. Ternyata gas dari air yang bercampur dengan unsur-unsur kimia dalam aki itu. "Yang membuat saya bertanya-tanya terus adalah mengapa bisa terbakar dan meledak," kata dia.

Lama berpikir, akhirnya Djoko menemukan jawaban bahwa yang proses terbakar dan meledak itu karena adanya unsur hidrogen dalam air aki yang terurai karena proses kimiawi. Hal itu terlihat dari percikan air yang mengenai mukanya sehingga menimbulkan rasa gatal-gatal di kulit.

"Itu kuncinya, ternyata gas hidrogen itulah yang bisa membakar. Karena bisa membakar, secara prinsip bisa menjadi bahan bakar," kata dia.

Djoko kemudian teringat saat dia kecil tatkala melihat sebuah rumah terbakar. Ketika petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air, kadang nyala api tidak padam. Namun sebaliknya nyala api justru semakin membesar dan merembet ke tempat lain.

"Ini ternyata air yang dipakai ada unsur hidrogen yang mudah terbakar dan oksigen yang juga dibutuhkan oleh api sehingga jadi besar," kata Djoko yang mudah akrab dengan berbagai orang yang ditemuinya.

Setelah itu, Djoko kemudian mulai berpikir untuk memanfaatkan hidrogen. Unsur hidrogen yang ada dalam air bisa dijadikan bahan bakar. Hidrogen yang merupakan unsur di dalam air ini ketika sudah dipisahkan akan menjadi gas
yang memiliki nilai oktan pada angka 130. "Hidrogen yang ada dalam sebuah tempat tertutup seperti di aki itu bisa dipakai," ujar dia meyakinkan.

Dia pun kemudian merancang sebuah alat yang bisa menampung atau menjebak gas hidrogen yang ada dalam air (H2O). Selanjutnya hidrogen yang sudah dipisahkan ini kemudian dimasukkan ke dalam ruang kompresi sepeda motor. Hasilnya, hidrogen ini akan mampu menjadi bahan bakar yang sangat ramah lingkungan, tanpa emisi dan tanpa jelaga.

"Teknologi ini bisa digunakan di mesin bensin maupun mesin solar. Untuk ukuran air yang digunakan tergantung besar kecilnya kendaraan. Yang jelas tetap pakai elektroda untuk menghasilkan hidrogen," kata dia.

( bgs / asy, www.detik.com )



Kisah Energi Alternatif (1)



Djoko Sutrisno Manfaatkan Air, Motor Jadi Irit




Yogyakarta - Pak Djoko yang satu ini berbeda dengan Joko Suprapto, warga Nganjuk Jawa Timur yang menemukan blue energy, bahan bakar berbahan baku air. Pak Djoko yang satu ini bernama lengkap P. Djoko Sutrisno, warga Kelurahan Pakuncen Jl HOS Cokroaminoto No 76 Yogyakarta.

Antara Djoko Sutrisno dan Joko Suprapto, sama-sama mengembangkan air. Bila Joko Suprapto mengembangkan air menjadi bahan bakar, maka Djoko Sutrisno hanya memanfaatkan atau menambahkan air ke dalam BBM, sehingga motor atau mobil yang dikendarainya menjadi lebih irit dibanding bila menggunakan 100 persen BBM. Prinsipnya kendaraan masih menggunakan BBM, namun dengan ditambah dengan teknologi temuan Djoko Sutrisno pengunaan BBM bisa irit atau hemat 100 - 150 persen.

"Setelah dipasangi teknologi ini, konsumsi BBM bisa hemat dua kali hingga tiga kali lipat. Untuk percobaan, dulu kita pakai motor dan mobil pribadi. Sekarang banyak warga yang ingin dipasangi alat itu," kata Djoko kepada detikcom dirumahnya, Senin (26/5/2008) kemarin.

Menurut dia, peralatan yang dibutuhkan juga sangat sederhana, tidak rumit dan tidak dipatenkan, meski alat ini memang hasil temuannya. Djoko tidak pelit, malah dengan sukahati dan sukarela membagikan pengetahuan itu kepada orang yang berminat mempelajarinya.

"Kalau mau membuat sendiri ongkosnya sekitar Rp 50 ribu hingga Rp 75 ribu. Mobil dan motor saya sudah saya pasangi sejak 2 tahun lalu," kata Djoko yang hanya jebolan kelas dua di SMP Pangudi Luhur itu.

Secara prinsip, kata Djoko, hingga saat ini kendaraan hanya bisa menggunakan bensin atau solar. Namun, Djoko yakin pada suatu ketika, kendaraan itu bisa dijalankan dengan menggunakan air. Hanya saja teknologinya memang perlu banyak perubahan.

Mengenai teknologi temuannya, Djoko menjelaskan, air yang akan menjadi sumber energi itu dicampur dengan zat kimia berupa Kalium Hidroksida (KOH). Gas hidrogen tersebut mampu menambah oktan di bensin atau solar, sehingga menjadi lebih hemat. "Prinsipnya air murni atau aquades ditambah KOH yang bisa dibeli di toko-toko bahan kimia dengan harga murah itu, motor bisa jalan," katanya.

Air yang yang sudah dicampur bahan tersebut kemudian dihubungkan dengan elektroda agar unsur oksigen dan hidrogen dalam air tersebut terurai. Setelah itu unsur hidrogennya yang mudah terbakar dijebak dan diambil sebagai sumber tenaga.

"Sangat sederhana sekali, logis dan ilmiah sehingga semua orang bisa memanfaatkannya. Saya tak takut temuan saya ini ditiru orang lain. Tak perlu dipatenkan agar semua orang bisa memanfaatkannya," imbuh dia.

Saat ini di kawasan tempat tinggalnya, sudah banyak mobil dan motor yang dimodifikasi dengan teknologi temuannya. Dua buah mobil VW Kodok dan KIA Carens milik temannya akan dipasangi alat itu. Sejak pagi pukul 08.00 WIB, dia dibantu 2-3 orang karyawan dan anggota keluarganya mengutak-atik motor milik orang lain yang minta dipasang alat tersebut.

Tidak hanya itu, banyak pemilik bengkel, bahkan warga luar kota Yogyakarta seperti Bogor, Bandung atau Semarang sengaja datang ke rumah Djoko yang sekaligus menjadi bengkel untuk menimba ilmu. "Saya juga tak pelit ilmu kalau memang ada orang yang benar-benar ingin belajar ke sini," kata dia.

( bgs / asy, www.detik.com)